PPTIK FORUM
ADA CERITA DIBALIK KANTONG KERTAS GGS 2 - Printable Version

+- PPTIK FORUM (http://forum.pptik.id)
+-- Forum: JABAR MASAGI (http://forum.pptik.id/forumdisplay.php?fid=840)
+--- Forum: Praktik Baik (http://forum.pptik.id/forumdisplay.php?fid=841)
+--- Thread: ADA CERITA DIBALIK KANTONG KERTAS GGS 2 (/showthread.php?tid=66190)



ADA CERITA DIBALIK KANTONG KERTAS GGS 2 - kasiyaningsih - 08-22-2021

ADA CERITA DIBALIK KANTONG KERTAS GGS2

 

Bu Neneng nama panggilan guru itu, dia mengajar di SLB-C Sukapura. Selama mengajar Bu Neneng sering memegang kelas kecil, tetapi kala itu dia ditempatkan di kelas besar yaitu SMALB. Saat pertama kali dia masuk ke kelas SMALB ada perasaan aneh yang terlintas dibenaknya. Dia melihat empat orang siswa sedang duduk di bangku dengan wajah polosnya. Saat istirahat tiba dia perhatikan lagi siswa asuhannya satu persatu, ada Adam yang terlihat senyam senyum malu, Astri yang termenung sambil duduk mojok, Yana yang sedang  jongkok sambil menerawang hampa dan Diki yang anteng sambil memainkan jari jemarinya. Mereka semua diam hanya memperhatikan teman lainnya bercengkrama.

Wajah-wajah polos siswanya itu selalu terlintas dipelupuk matanya. Hatinya begitu sedih melihat keadaan siswanya. Kegalauan berkecamuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus nanti? Bagaimana perasaan orangtuanya yang sudah menyekolahkan anaknya cukup lama hanya dapat duduk diam tanpa melakukan sesuatu yang berarti? Keadaan itu membuat gurunya selalu berfikir apa yang dapat seorang guru berikan pada mereka untuk bekalnya nanti?

Terlintas dalam pikiran guru itu akan pengalamannya dulu saat mahasiswa, dia membantu orangtuanya berjualan gorengan di pinggir jalan. Di sela-sela luangnya dia isi dengan membuat kantong kertas untuk wadah gorengannya. Guru itu pun berniat untuk mengajarkan pada siswanya di sekolah. Keesokan harinya Bu Neneng berjalan penuh semangat ke arah kelasnya dengan menenteng kertas dan lem, dia akan mengajarkan siswanya membuat kantong kertas yang layak jual agar mereka dapat mandiri.

Pembelajaran keterampilan membuat kantong kertas dimulai, semua siswa diberi kertas dan diminta mengikuti langkah demi langkah yang diperagakan. Subhanalloh, Allohu Akbar kalimat toyyibah tiba-tiba keluar dari mulut guru itu, betapa kagetnya ketika guru itu melihat kekakuan motorik tangan para siswanya. Semua siswanya  kurang mampu untuk melipat rapi, kesulitan mengukur dan tidak rata pengelemannya, dengan hasil akhir bentuk kantong kertas tidak sempurna dan menjadi berbagai ukuran. Bu Neneng pun meminta siswanya mengulanginya beberapa kali tetapi hasilnya tetap sama. Bu Neneng pun melihat ekpresi siswanya yang mulai bosan, malas, cape dan akhirnya diam.

Keterampilan membuat kantong kertas sudah cukup lama, tetapi hasilnya masih tetap belum sempurna. Ada rasa putus asa ketika itu, namun perasaan itu pun ditepisnya jauh-jauh, karena kalau menyerah bagaimana nasib mereka? Suatu hari guru itu iseng menghitung banyaknya pedagang gorengan di sekitar sekolah, dan lumayan cukup banyak, maka potensi ini tidak boleh disia-siakan sebagai tempat para siswanya mengais penghasilan. Semua kelebihan dan kekurangan yang ada pada siswa menjadikan pemikiran guru itu, dibenaknya sekarang hanya terpikirkan bagaimana caranya agar para siswa dapat membuat kantong kertas dengan baik sehingga layak jual.

Kesulitan yang dialami siswanya seperti melipat rapi, mengukur, mengelem menjadikan pemikiran yang tak dapat diabaikan sekali pun dibawa tidur. Di tengah malam itulah guru tersebut selalu merekayasa alat yang dibuatnya. Dengan perenungan, perencanaan dan percobaan berulang-ulang maka terciptalah alat untuk memudahkan proses pembuatan kantong kertas yang layak jual bagi siswa tunagrahita yang dinamakan CETAK PAS (sekali cetak pasti pas). Semangat untuk mengajarkan mereka pun tumbuh kembali. Guru itu dengan cerianya membawa alat cetak pas untuk diperlihatkan kepada siswanya, dengan perasaan bangga guru itu mendemonstrasikan alat buatannya, alhamdulillah ketika siswa diminta mengikuti langkah demi langkah hasilnya sangat memuaskan dan sangat memudahkan mereka.

Bu Neneng kini telah lega karena alat yang diciptakannya berhasil memudahkan siswa tunagrahita membuat kantong kertas layak jual tanpa mengalami kesulitan. Para siswa pun kini sudah dapat memproduksi banyak, langkah berikutnya mereka dibimbing bagaimana cara mengemas kantong kertas perikat serta pemasarannya. Guru itu mengajak siswanya memasarkan hasil karyanya ke pedagang sekitar sekolah, mereka dibimbing untuk mencari tahu darimana pedagang itu mendapatkan kantong kertas dan berapa harganya. Mereka pun belajar menawarkan kantong kertas yang sudah dibuatnya. Terpancar wajah ceria pada mereka, mereka merasa puas dengan jerih payahnya selama membuat kantong kertas.

Setelah teruji alat cetak pas itu maka guru tersebut mengikutkannya pada ajang lomba yang diadakan di Jakarta, untuk memberikan daya tarik juri maka judul dari karya itu disisipi nama GGS2 yang mana saat itu sinetron Ganteng-Ganteng Srigala sedang trending topik, sedangkan kantong kertas GGS2 yang dimaksud adalah kantong kertas Gorengan Gehu Sareng Sanesnya. Perjalanan cerita ini membawa berkah, karya guru itu sangat inspiratif dan inovatif sehingga dia menjadi juara pertama tingkat nasional.

Sebagai rasa syukur guru itu memberi hadiah pada siswanya yang sudah memberikan inspirasi, dan memperbanyak pengadaan alat cetak pas  agar para siswa lainnya dapat ikut bergabung dalam membuat kantong kertas GGS2. Adam, Astri, Yana dan Diki kini dapat mengajarkan pada temannya. Dengan karya ini pula banyak guru dari sekolah lain yang memesan alat cetak pas untuk pembelajaran siswanya di sekolah.