PPTIK FORUM
Cikaracak Ninggang Batu laun-Laun jadi Legok - Printable Version

+- PPTIK FORUM (http://forum.pptik.id)
+-- Forum: JABAR MASAGI (http://forum.pptik.id/forumdisplay.php?fid=840)
+--- Forum: Praktik Baik (http://forum.pptik.id/forumdisplay.php?fid=841)
+--- Thread: Cikaracak Ninggang Batu laun-Laun jadi Legok (/showthread.php?tid=68120)



Cikaracak Ninggang Batu laun-Laun jadi Legok - slbcsumbersari - 09-15-2021

Menjadi seorang guru adalah suatu hal yang sangat membanggakan apalagi menjadi seorang guru anak berkebutuhan khusus. Kata pepatah, guru adalah sosok yang selalu digugu dan ditiru dan benar demikian adanya. Orang banyak memanggil saya dengan panggilan “Mbu”. “Mbu” atau “Ambu” adalah sebutan Ibu bagi orang Sunda, panggilan tersebut selalu mengingatkan bahwa saya adalah orang Sunda asli.

Mbu ditugaskan menjadi wali kelas VII dengan jumlah siswa 6 orang, 4 laki-laki dan 2 perempuan. Ada yang menarik ketika Mbu mengajar yaitu seorang siswa laki-laki yang memiliki kebiasaan kurang baik. Dia sering tidak masuk kelas meskipun bel sudah berbunyi, dicari ternyata ada di luar sedang membeli makan atau keliling ke kelas lain dan itu sering dilakukan dari kelas-kelas sebelumnya. Anaknya cakep, manis, tinggi, dan menurut Mbu anak ini sebenarnya baik dan bisa dikembangkan potensinya. Keterampilan yang dilatih akan dapat menjadi bekal untuknya kelak. Mbu berharap dia memiliki sopan santun, menghormati orangtua, guru, mematuhi aturan tata tertib, dan belajar bersama teman-temannya.

Pada suatu saat setelah dicari keluar kelas, Mbu panggil tetapi anak tersebut bersikap cuek, sibuk dengan handphone, tapi akhirnya ia masuk kelas, PR tidak dikerjakan, dan menyuruh temannya untuk membelikan sesuatu, meminta uang, dan temannya tersebut harus menurutinya. Mbu perhatikan dia merasa paling jago, cakep, dan marah kalau temannya protes.

Mbu berkomunikasi dengan orangtuanya. Kebetulan ayahnya seorang TNI dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Mbu berdiskusi dan orangtuanya pun mendukung karena sudah dirasa bandel. Mbu mengutarakan akan ada program belajar di luar kelas dan program lainnya. Alhamdulillah mereka setuju dan siap mendukung. Mbu utarakan juga kepada siswa yang lain bahwa pembelajaran di luar kelas dilaksanakan seminggu dua kali, yaitu di lingkungkan sekitar, jumsih, atau di Gasmin. Anak-anak setuju dan sangat antusias termasuk anak itu, ia bersemangat meskipun cuek, merasa hebat, selalu ingin diladeni, menyepelekan guru, kurang sopan santun, dan belajar semaunya.

Setiap pembelajaran di luar kelas, Mbu memberikan pembelajaran soal sopan santun. Mbu memberikan contoh seperti tidak keluyuran ke kelas lain, tidak cuek, dan tidak meminta teman untuk menurutinya, minta uang, dan sok jago. Di samping itu, Mbu memberikan tugas kepada anak tersebut untuk menjadi ketua kelas. Yang tugasnya yaitu harus saling sayang teman, termasuk berbagi dan memberi hadiah kepada teman.

Sungguh suatu awal yang baik, ketika lomba menggambar di Sekolah Inklusi dan lomba olahraga, semua temannya mensupport dan mengantar, sehingga anak tersebut berhasil menjadi juara. Kepercayaan anak itu menjadi terbangun, merasa dihargai, dan dibanggakan. Ketika bel berbunyi bahkan dia yang mencari temannya, memimpin upacara, dan berbaris. Ketika masuk kelas, dia yang memimpin doa, dan menegur bila temannya tidak menjalankan tugas piket di kelas, dimana setiap yang kesiangan harus berdiri di depan kelas dan berdoa sendiri sesuai kesepakatan. Sungguh suatu perjalanan yang luar biasa karena dengan kasih sayang, kesabaran, konsisten, dan memberi contoh sopan santun, etika, tidak marah berlebihan, gembira, penuh canda dan tawa, akan membuat anak itu percaya dan menurut.

Surti, Harti, Bakti, dan Bukti Mbu terapkan kepada mereka terutama anak ini dan puncaknya suatu hari ketika Mbu datang membawa tas besar dan banyak, ia datang berlari dan menyambut sambil berkata “Mbu.. biar saya yang bawakan, kasihan ibu berat!”. Kemudian disalaminya tangan Mbu dan tas Mbu ia bawa. Tidak terasa air mata berlinang, bangga dan haru karena anak yang dulu cuek, tidak mau masuk kelas, keluyuran, tidak nurut, membantah, bisa berubah seperti itu. Mbu ingat peribahasa sunda “Cikaracak Ninggang Batu Laun-Laun jadi Legok” yang artinya sekeras-kerasnya perilaku yang tidak baik kalau kita sirami dengan kasih sayang, diberi bimbingan ilmu, keikhlasan, Insya Allah akan membuahkan hasil yang baik.

Orangtua bersyukur karena anak jadi penurut dan tidak selalu menuntut keinginannya. Bahkan dapat mengkritik bila orangtuanya lupa. Mengetuk pintu dan memberi salam ketika masuk rumah. Teman di sekolah menyeganinya sehingga dia dijadikan ketua OSIS. Dia selalu bisa mengajak temannya dan adik-adik kelasnya untuk melaksanakan atau menjalankan program sekolah seperti kerja bakti, pramuka, menengok teman yang sakit.

Selamat berjuang Ananda sayang yang Mbu banggakan, songsonglah masa depan dengan penuh harapan, percaya diri, semangat, tidak putus asa, dan ingatlah selalu Mbu sangat menyayangimu. Semoga Allah SWT senantiasa melindungimu dimana pun kamu berada, doa Mbu selalu untukmu.



Penulis : Hj. Susi, S.Pd.
Unit Kerja : SLB C Sumbersari Kota Bandung